Saturday, January 30, 2016

Pribadi Yang Bertanggung Jawab

Menjadi Pribadi yang Bertanggungjawab (Seri Membangun Karakter yang Sempurna)

 IMG_0304

 

Menjadi pribadi yang bertanggung jawab adalah proses yang harus terus menerus kita lakukan. Berikut adalah tahapan-tahapan yang bisa membantu kamu menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

  1. Mengerti kewajiban – langkah pertama adalah mengerti apa yang dituntut (diminta) dari kamu. Sebagai pelajar, kamu dituntut untuk belajar dengan baik. Kamu dituntut untuk mengumpulkan tugas/paper tepat pada waktunya.
Sebagai karyawan, kamu dituntut bekerja sesuai dengan job description maupun SoP (standard operation procedure). Tahukah kamu job description dan SoP yang kamu harus ikuti? Apabila kita tidak tahu apa yang dituntut dari kita, tentu akan susah bagi kita untuk memenuhinya.
  1. Estimasi kebutuhan sumber daya – setiap tugas tentunya memerlukan waktu, tenaga, pikiran untuk dilaksanakan. Sebuah tugas kelompok biasanya memerlukan waktu pengerjaan lebih banyak daripada tugas individual. Kamu perlu tahu tugasnya dengan jelas agar dapat mengatur pembagian tugas diantara anggota. Mungkin kamu juga perlu membeli bahan/alat untuk penyeleasain tugas tersebut. Kamu juga perlu menyepakati bagaimana kamu menyatukan hasil pekerjaan dari tiap-tiap anggota kelompok. Kamu harus bisa memperkirakan jumlah waktu, biaya, tenaga yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah tugas. Kamu juga harus bisa memperkirakan bagaimana kamu akan menyelesaikan tugas itu.
Seorang karyawan pun harus dapat mengestimasi kebutuhan waktu, jumlah orang, alat yang dbutuhkan serta cara pengerjaan sebuah tugas yang dibebankan kepadanya.
Dengan estimasi tersebut, kita dapat merencanakan kegiatan kita agar dapat menyelesaikan tugas tersebut sebaik-baiknya dan tepat waktu. Di sisi lain, apabila tugas yang diminta dari kita bukan merupakan kewajiban kita, misal diminta menjadi pengurus OSIS/Himpunan, estimasi tersebut menolong kita melihat apakah kita mampu memenuhi permintaan tersebut.
  1. Ambilah keputusan – Setelah kamu mengetahui kewajiban yang dituntut (diminta) dari kamu, serta mengetahui estimasi kebutuhan sumber dayanya, maka kamu bisa mengambil keputusan.
Untuk tugas-tugas yang sifatnya kewajiban, seperti tugas sekolah dengan tenggat waktu tertentu, maka keputusan yang kita ambil tentunya adalah untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan.
Namun apabila ada permintaan-permintaan yang tidak wajib – seperti menjadi pengurus OSIS/Himpunan – kamu bisa mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya. Putuskanlah sesuai kemampuan dan cita-cita kamu. Apabila kamu bisa mengelola waktu dengan baik, tentunya banyak keuntungan yang kita dapat dari membantu orang lain /organisasi. Kamu akan cepat berkembang. Jangan ragu untuk mengambil kesempatan yang ada, selama kamu bisa memenuhi komitmen kamu dengan sebaik-baiknya.
Sebagai karyawan, kamu bisa mengambil keputusan dalam hal : apakah kamu membutuhkan resource tambahan untuk pekerjaan tersebut atau perlukah kamu mengusulkan tenggat waktu yang baru?
  1. Lakukan komitmenmu – Sekali kamu mengatakan YA pada sebuah tugas, maka kamu WAJIB Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah bagaimana merencanakan kegiatan kita agar kita dapat memenuhi komitmen kita. Pepatah mengatakan – “if you fail to plan then you plan to fail”. Ketika kamu gagal merencanakan, berarti kamu merencanakan kegagalan.
Saya merasa hari-hari ini banyak orang mudah untuk mengambil suatu komitmen.
Namun rasanya, banyak juga yang gampang mengatakan “sorry” ketika mereka tidak bisa memenuhi komitmen mereka.
Contoh paling gampang adalah ketika kita menyepakati janji ketemuan. Kalau kamu anak Jakarta, tentunya kamu tahu bagaimana macet nya jalan-jalan di Jakarta. Dulu saya terbiasa untuk berangkat satu jam sebelum waktu meeting saya. Namun saat ini satu jam tidaklah cukup. Saya harus berangkat 1.5 jam sampai 2 jam sebelum waktu meeting. So, macet itu gak aneh lagi. Nah apakah kamu lebih banyak “on-time”nya, atau lebih banyak telat nya karena macet? Tentu saja keterlambatan bisa dihindari dengan perencanaan waktu dan tugas yang lebih baik. Tentunya kamu bisa merencanakan sebelumnya, jam berapa kamu harus berangkat dan apa yang harus kamu lakukan terlebih dahulu agar kamu bisa berangkat sesuai jadwal. Oleh karenanya penting bagi kita untuk belajar membuat jadwal harian dan mingguan. Saya sedang berusaha mendisiplinkan diri saya untuk membuat jadwal kerja mingguan sebelum hari Senin.
Seringkali kita terlalu ngegampangin. Seringkali kita memilih untuk berkata “sorry” daripada merencanakan dan pergi lebih awal. Kawan saya Billy Boen adalah orang yang saya kenal paling anti terlambat. Dan saya senang ketika dia mendorong rekan-rekan muda untuk belajar “on-time”. Joyce Meyer dalam bukunya “Making Good Habits, Breaking Bad Habits” berkata apabila kita terlambat datang, sebetulnya kita menganggap waktu kita lebih berharga daripada orang yang menunggu kita6.
So once commitment has been made, you got to make it. Kamu harus melakukan komitmen kamu. Selanjutnya mungkin ada kegiatan-kegiatan yang kamu harus korbankan agar bisa memenuhi komitmen kamu. Korbankanlah. Mungkin kamu perlu mengeluarkan extra effort atau biaya tertentu. Bayarlah. Tantangan pasti akan ada. Persoalan bukanlah hal yang baru. Namun, ketika kamu telah menerima tanggung jawab tersebut, maka kamu WAJIB menjalankannya sesuai tuntutan. Ada hal-hal yang harus kamu korbankan agar kamu bisa menjaga komitmen kamu. Jangan takut berkorban. Lakukan komitmen kamu.
  1. Solve Problems, Find Solution – Perusahaan partner saya menyewa jasa konsultan untuk mengerjakan sebuah proyek. Dalam proyek tersebut, sang konsultan mengambil data di lapangan untuk kemudian dianalisa dan dibuat laporannya. Partner saya memberikan sebuah tenggat waktu untuk penyerahan laporan yang harus dipenuhi oleh sang konsultan. Sang konsultan pun menyanggupinya. Satu minggu sebelum deadline, partner saya pun masih mengingatkan konsultan akan tanggal penyerahan laporan. Dan sang konsultan pun menyanggupinya. Beberapa hari menjelang deadline, sang konsultan memberi tahu partner saya bahwa dia tidak sanggung menyerahkan laporan pada waktu yang telah ditentukan dengan berbagai macam lasan. Akhirnya dia memilih untuk menyerahkan data mentahnya kepada partner saya untuk dianalisa dan disusun laporannya. Sontak hal tersebut membuat partner saya kelabakan. Seyogyanya laporan dari konsultan tersebut akan diperiksa dan digabungkan dengan laporan lainnya untuk diserahkan kepada klien. Mengingat keterbatasan waktu yang ada, partner saya meminta data lapangan dikirimkan melalui jasa pengiriman barang. Akhirnya data pun dikirimkan lewat jasa pengiriman barang dengan layanan 1 hari sampai. Begitu data itu sampai, rencananya partner saya dan timnya akan mengevaluasi dan menyusun laporan untuk kemudian diserahkan pada waktu yang telah disepakati dengan klien.
Rasa gelisah menyergap partner saya dan timnya. Mereka harus mengalokasikan resource tambahan untuk tugas ini. Tim yang harusnya bisa mengerjakan pekerjaan lain akhirnya harus dibebani pekerjaan urgent & important ini. Waktunya pun mepet. Mereka gelisah menunggu.
Ternyata kegelisahan itu “barulah” dimulai. Janji layanan 1 hari sampai, TIDAKLAH tercapai. Harusnya sekitar jam 1 siang paket sudah mereka terima. Namun, sampai jam 5 sore sang paket belumlah tiba. Panik, mereka mencoba menelepon nomor layanan pelanggan. Dari informasi yang didapat, sang paket itu “dicurigai” telah sampai di kantor tujuan. Mereka pun berhasil mendapatkan nomor kantor tujuan dimana paket itu dicurigai berada. Namun, tidak ada petugas yang mengangkat telepon mereka L L
Keesokan harinya, kepanikan telah terjadi dari pagi hari. Mereka berusaha menjangkau berbagai nomor layanan pelanggan dari jaringan pengirian jasa tersebut. Akhirnya, setelah berulang kali telepon, mereka dapat memastikan bahwa paket itu memang berada di kantor tujuan, dan BELUM dikirimkan ke kantor partner saya. Btw, hari itu sebetulnya sudah cukup siang, sudah jam 9an. Sang pengantar paket pun belum berangkat dari kantor dimana paket itu berada. Akhirnya partner saya memutuskan untuk mengambil sendiri paket itu di kantor jasa pengiriman barang itu.
Dan akhirnya di tengah sisa waktu yang ada, partner saya dan tim bekerja sama untuk menganalisa, menyusun dan menyerahkan laporan kepada klien tetap pada waktu yang telah dijanjikan. Mereka melakukan apa saja yang harus dilakukan untuk memenuhi komitmen mereka, melewati berbagai tantangan. They did whatever it takes to keep their commitment.
Dari sini saya belajar bahwa baik sang konsultan yang dikontrak maupun perusahaan jasa pengiriman barang, tidak dapat memenuhi kewajiban mereka. Mereka tidak memberikan hasil sesuai dengan kewajiban mereka. Sayang sekali, mereka tidak bertanggung jawab.
Di sisi lain, partner saya terus melakukan berbagai hal yang dapat mereka lakukan, melewati berbagai rintangan untuk dapat memberikan hasil sesuai dengan kewajiban mereka.
Problem pastilah banyak bermunculan. Tugas kita adalah bagaimana kita mencari jalan keluarnya.

  1. No Excuse, No Blaming – Tidak ada orang yang mau dianggap gagal. Tidak ada orang yang mau disalahkan. Semua orang ingin dipandang benar. Namun seringkali keinginan tersebut kurang didukung oleh perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang ekselen. Terlebih sering kita menuding orang lain ketika kita tidak dapat menjalankan komitmen kita. Kita lebih sering mencari alasan agar kita tidak disalahkan.
Saya berharap generasi muda Indonesia ini lebih senang merenanakan, melakukan pekerjaan dengan ekselen dan mencari solusi, daripada mencari alasan atau menyalahkan orang lain.
  1. Accept Consequences – terkadang ada hal-hal diluar kendali dan kemampuan kita.
    Kita sudah berusaha merencanakan dengan baik, melakukan tugas dengan baik, mencari solusi, namun bisa saja hasilnya tetap tidak sesuai dengan komitmen kita. Seperti cerita saya diatas, ketika hendak menyerahkan dokumen tender kepada klien di Bandung.
Ketika hal seperti ini terjadi, maka tentunya langkah pertama yang kita lakukan adalah kita mengakui terjadinya kegagalan pemenuhan komitmen. Tentu hal tersebut haruslah diikuti dengan permohonan maaf kepada pihak-pihak terkait yang dirugikan. Langkah kedua adalah bagaimana kita bisa memperbaiki keadaan dan melakukannya. Langkah ketiga, tentunya jangan lupa untuk belajar dari pengalaman kegagalan yang kita hadapi. 

No comments:

Post a Comment